1. Sungai di Gua Ngerong Tuban
Sungai ini mengalir dari dalam Gua Ngerong di Kecamatan Ngerengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Di dalam sungai itu ada banyak ikan hilir mudik berbagai jenis dan ukuran. Namun masyarakat setempat melarang orang-orang memancing atau menangkap ikan di sungai itu. Orang yang datang ke sana juga tak ada yang berani mengusik sebab masyarakat setempat mengeramatkan ikan-ikan tersebut.
Konon, bila ada yang berani melanggar pantangan itu, diyakini orang itu akan segera mendapat musibah. Hanya ikan-ikan yang melewati daerah batas jembatan yang diizinkan untuk diambil oleh warga dan dikonsumsi. Mitos ini seolah menjadi pagar betis alami yang melindungi kelestarian ikan-ikan tersebut.
Konon, bila ada yang berani melanggar pantangan itu, diyakini orang itu akan segera mendapat musibah. Hanya ikan-ikan yang melewati daerah batas jembatan yang diizinkan untuk diambil oleh warga dan dikonsumsi. Mitos ini seolah menjadi pagar betis alami yang melindungi kelestarian ikan-ikan tersebut.
2. Sungai Manggauling
Sebuah sungai di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, beberapa hari ini ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah.Sungai itu memiliki mitos bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Sungai Mangguliling ini berada di sebuah dusun di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep. Jaraknya kurang lebih 100 km sebelah utara dari Kota Makassar.
Konon, pengunjung yang datang ke sana karena telah putus asa dengan penyakit yang mereka idap. Di sungai itu mereka lalu berendam, dan percaya bakal mendapat keajaiban disembuhkan dari berbagai penyakit.
Sungai Mangguliling ini berada di sebuah dusun di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep. Jaraknya kurang lebih 100 km sebelah utara dari Kota Makassar.
Konon, pengunjung yang datang ke sana karena telah putus asa dengan penyakit yang mereka idap. Di sungai itu mereka lalu berendam, dan percaya bakal mendapat keajaiban disembuhkan dari berbagai penyakit.
3. Gelombong Bono di Sungai Kampar
Secara ilmiah, gelombang bono merupakan salah satu peristiwa alam yang cukup langka dan jarang terjadi. Di sungai itu anda bakal menyaksikan sebuah gelombang besar seperti terjadi di tengah laut. Namun ini berbeda, sebab gelombang ini terjadi di sebuah sungai air tawar.
Gelombang bono terjadi diakibatkan benturan tiga arus air yang berasal dari Selat Malaka, Laut China Selatan dan Aliran air Sungai Kampar. Akibat benturan ini, menjadikan gelombang air di muara Sungai Kampar bisa mencapai ketinggian 4-5 meter. Kondisi itu merupakan fenomena ilmiah.
Namun tahukah Anda, masyarakat sekitar memiliki cerita-cerita dongeng yang istimewa terkait dengan adanya gelombang bono itu? Warga setempat percaya, gelombang bono di Sungai Kampar adalah bono jantan, sementara bono betinanya berada di Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapiapi. Bono di Kuala Kampar tersebut berjumlah tujuh ekor, dimana bentuknya serupa kuda yang biasa disebut dengan induk bono.
Pada musim pasang mati, bono ini akan pergi ke Sungai Rokan untuk menemui bono betina. Kemudian bersantai menuju ke Selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah bono ke tempat masing-masing, lalu bermain di Sungai Kampar dan Sungai Rokan.
Bagi warga Kuala Kampar, bono sudah mereka kenal sejak kecil. Sebab itulah tidak aneh bila anak-anak, remaja dan juga orang dewasa menganggap bono sebagai sahabatnya, tempat mereka bermain ketangkasan menunggangi Bono (Bekudo Bono) menggunakan sampan kecil.
Gelombang bono terjadi diakibatkan benturan tiga arus air yang berasal dari Selat Malaka, Laut China Selatan dan Aliran air Sungai Kampar. Akibat benturan ini, menjadikan gelombang air di muara Sungai Kampar bisa mencapai ketinggian 4-5 meter. Kondisi itu merupakan fenomena ilmiah.
Namun tahukah Anda, masyarakat sekitar memiliki cerita-cerita dongeng yang istimewa terkait dengan adanya gelombang bono itu? Warga setempat percaya, gelombang bono di Sungai Kampar adalah bono jantan, sementara bono betinanya berada di Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapiapi. Bono di Kuala Kampar tersebut berjumlah tujuh ekor, dimana bentuknya serupa kuda yang biasa disebut dengan induk bono.
Pada musim pasang mati, bono ini akan pergi ke Sungai Rokan untuk menemui bono betina. Kemudian bersantai menuju ke Selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah bono ke tempat masing-masing, lalu bermain di Sungai Kampar dan Sungai Rokan.
Bagi warga Kuala Kampar, bono sudah mereka kenal sejak kecil. Sebab itulah tidak aneh bila anak-anak, remaja dan juga orang dewasa menganggap bono sebagai sahabatnya, tempat mereka bermain ketangkasan menunggangi Bono (Bekudo Bono) menggunakan sampan kecil.
4. Mitos ular naga di Sungai Mahakam
Kisah ini dipercayai warga di pedalaman hutan Kalimantan. Mereka percaya bahwa di Sungai Mahakam yang membelah hutan-hutan di Kalimantan dihuni oleh ular berkepala mirip lembu atau kerbau. Di kawasan Serawak disebut Nabau, atau di pedalaman Mahakam dan Kutai Kartanegara di sebut Ular Naga Lembu.
Entah cerita itu benar atau tidak, tapi pada Februari 2009 lalu muncul foto dari udara yang diunggah ke internet tentang penampakan ular raksasa meliuk-liuk di sebelah sungai sebelah utara Kalimantan. Kemudian pada 29 Januari 2010, warga Kutai Barat digemparkan dengan munculnya sepasang ular besar meliuk-liuk di Sungai Mahakam.
Maka wajar bila kemudian Sungai Mahakam di pedalaman hutan Kalimantan ini dijadikan sebagai setting film berjudul: Anaconda pada 1990-an.
Entah cerita itu benar atau tidak, tapi pada Februari 2009 lalu muncul foto dari udara yang diunggah ke internet tentang penampakan ular raksasa meliuk-liuk di sebelah sungai sebelah utara Kalimantan. Kemudian pada 29 Januari 2010, warga Kutai Barat digemparkan dengan munculnya sepasang ular besar meliuk-liuk di Sungai Mahakam.
Maka wajar bila kemudian Sungai Mahakam di pedalaman hutan Kalimantan ini dijadikan sebagai setting film berjudul: Anaconda pada 1990-an.
5. Ikan sakti di Sungai Janiah di Sumbar
Ada sebuah mitos aneh di Sungai Janiah, Kabupaten Agam, Sumatera barat, yakni kisah tentang ikan sakti. Mitosnya, barang siapa saja yang memakan ikan sakti ini akan tertimpa musibah. Mitos yang berkembang? turun temurun ini ternyata menjadi daya tarik orang untuk datang kesana, sebab banyak orang penasaran.
Konon, asal mula ikan sakti di Sungai Janiah merupakan penjelmaan anak manusia dan anak jin yang telah dikutuk oleh Tuhan, karena kedua makhluk yang berlainan alam ini telah melanggar janji yang telah mereka sepakati. Kisah ini dikenal sebagai cerita Sutan Basa dan jin.
Konon, asal mula ikan sakti di Sungai Janiah merupakan penjelmaan anak manusia dan anak jin yang telah dikutuk oleh Tuhan, karena kedua makhluk yang berlainan alam ini telah melanggar janji yang telah mereka sepakati. Kisah ini dikenal sebagai cerita Sutan Basa dan jin.
0 Response to "5 Mitos Horor Sungai Di Indonesia"
Posting Komentar