Sungguh amat berbahagialah seorang yang memanfaatkan kehidupannya yang
singkat dengan segala amal soleh dan mempersiapkan diri menghadapi
perhitungan (hisab) yang seksama di Akhirat nanti. Bersegeralah sebelum
sirnanya kekuatan serta sebelum kesempatan dari-Nya telah pergi.
Seperti sabda Rasulullah saw.: “Bersegeralah beramal sholeh sebelum datangnya tujuh perkara kepada kalian. Apakah kalian menunggu sampai kalian menjadi orang miskin dan kemudian menjadi lupa, ataukah kaya yang menutup hati kalian sehingga kalian melampaui batas, ataukah sakit yang merusak, ataukah kematian datang, atau Dajjal seburuk-buruk hal yang dinantikan, atau Hari Kiamat yang dahsyat dan mengerikan.”
Kemudian berikut ini nasihat-nasihat dari salafush-sholih, seperti Al-Hasan ra. berkata: “Sungguh mengherankan kaum-kaum yang diperintahkan untuk membawa bekal itu dan mereka telah diperingatkan dengan meninggalnya orang-orang diantara mereka, sementara mereka masih duduk-duduk dan bermain-main.”
Abu Bakar bin Iyash berkata: “Seringkali bila terjatuh uang satu dirham dari saku seorang diantara kalian maka harinya seakan-akan menjadi kelabu, seraya berkata: Inna lillah, telah hilang uangku satu dirham, sementara umurnya telah berkurang namun ia tidak pernah berkata umurku telah hilang. Dahulu Allah swt. memiliki hamba-hamba yang memanfaatkan waktu mereka dan menjaga detik demi detik serta memenuhinya dengan berbagai amal soleh dan ketaatan.”
Aun bin Abdullah berkata: “Kematian tidak pernah memberitahukan tempat kejadiannya, apa yang telah berlalu dari usiamu tidak akan dapat digantikan oleh hari esok, betapa banyak orang-orang yang berkhayal mendapatkan hari esok rupanya tidak menjumpainya. Sungguh bila kalian dapat melihat ajal dan kedekatannya, kalian akan sangat membenci angan-angan dan tipuannya.”
Betapa indahnya makna hadits diatas, betapa indahnya nasihat-nasihat dari orang-orang soleh terdahulu itu. Kehidupan manusia di dunia ini berisi pengulangan-pengulangan. Jikalau kita renungkan hakikat aktivitas kita di muka bumi ini kita sadari bahwa aktivitas kita dari hari ke hari sesungguhnya sama dan terasa membosankan. Bekerja di pagi hari, pulang di petang hari, makan, tidur, berjalan-jalan, di akhir pekan diisi dengan berlibur dan bercengkrama dengan keluarga atau teman. Demikian adanya, hingga ajal atau kematian datang menghampiri kita.
Seringkali rutinitas itu terasa sangat membosankan dan menjemukan. Seringkali kita ingin lari dari rutinitas itu, namun kita tidak mengetahui jalannya. Hidup kita seakan dijalani hanya untuk kesenangan pribadi. Hidup kita hanya diisi dengan urusan diri pribadi. Di titik ini, hidup terasa kurang bermakna.
Namun, hakikatnya hidup manusia bukanlah untuk dirinya sendiri. Manusia seharusnya hidup untuk manusia lainnya. Aktif dalam kegiatan sosial, menolong sesama, menyebarkan seruan-seruan kebaikan, dan seterusnya. Orang yang terbaik diantaramu adalah yang paling banyak menolong sesamanya. Jikalau ini yang terjadi maka akan muncullah siklus kebaikan. Yang diseru kepada kebaikan akan menebar kebaikan dan menyeru kembali orang-orang yang belum tahu atau lalai dan yang terakhir ini akan menyeru kembali orang lain. Dengan cara inilah Islam menyebar di muka bumi, bahkan ke negeri Indonesia yang sangat jauh dari tanah haram.
Tiada hal yang lebih baik dalam memanfaatkan waktu kehidupan selain beribadah, beramal soleh dan menebar kebaikan. Tidak sepatutnya bahwa kebaikan hanya didengarkan dan dinikmati tanpa ada langkah-langkah amal soleh yang nyata bagi umat manusia. Seruan kebaikan tidak boleh berhenti pada tahap siraman rohani atau wisata hati melainkan haruslah diejahwantahkan ke dalam amal perbuatan yang dinikmati umat manusia. Demikianlah sirah Rasulullah saw. mencontohkan. Demikianlah para Sahabat ra. dan salafus sholih mencontohkan. Bukankah telah masyhur kabar Rasulullah saw. membangun pasar perniagaan, mengamankan kota Madinah dari perseteruan dengan membuat Piagam Madinah, dan seterusnya. Bukankah telah masyhur kabar para pemuka Sahabat ra. yang membangun baitul mal, perpustakaan, tempat-tempat pendidikan atau madrasah, menebarkan dakwah hingga ke segala penjuru, dan lainnya.
Di dalam berbagai amal soleh dan kebajikan inilah sesungguhnya seorang insan menemukan ‘hidup yang hakiki’ dalam kehidupan. Kalaulah hidup hanya sekedar untuk kesenangan dan kebahagiaan individu, maka tiadalah berbeda hakikat kehidupan kita dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah swt. yang lainnya. Namun dengan menerima seruan kebaikan dan menyebarkannya serta beramal solehlah maka insan manusia benar-benar hidup secara berbeda dari makhluk lainnya.
Mari beramal soleh dan menggapai ‘hidup yang hakiki’ didalam kehidupan ini, karena boleh jadi waktu hidup itu lebih singkat dari yang kita sangka. Boleh jadi ajal itu benar-benar dekat sekali. Wallahu a’lam
Seperti sabda Rasulullah saw.: “Bersegeralah beramal sholeh sebelum datangnya tujuh perkara kepada kalian. Apakah kalian menunggu sampai kalian menjadi orang miskin dan kemudian menjadi lupa, ataukah kaya yang menutup hati kalian sehingga kalian melampaui batas, ataukah sakit yang merusak, ataukah kematian datang, atau Dajjal seburuk-buruk hal yang dinantikan, atau Hari Kiamat yang dahsyat dan mengerikan.”
Kemudian berikut ini nasihat-nasihat dari salafush-sholih, seperti Al-Hasan ra. berkata: “Sungguh mengherankan kaum-kaum yang diperintahkan untuk membawa bekal itu dan mereka telah diperingatkan dengan meninggalnya orang-orang diantara mereka, sementara mereka masih duduk-duduk dan bermain-main.”
Abu Bakar bin Iyash berkata: “Seringkali bila terjatuh uang satu dirham dari saku seorang diantara kalian maka harinya seakan-akan menjadi kelabu, seraya berkata: Inna lillah, telah hilang uangku satu dirham, sementara umurnya telah berkurang namun ia tidak pernah berkata umurku telah hilang. Dahulu Allah swt. memiliki hamba-hamba yang memanfaatkan waktu mereka dan menjaga detik demi detik serta memenuhinya dengan berbagai amal soleh dan ketaatan.”
Aun bin Abdullah berkata: “Kematian tidak pernah memberitahukan tempat kejadiannya, apa yang telah berlalu dari usiamu tidak akan dapat digantikan oleh hari esok, betapa banyak orang-orang yang berkhayal mendapatkan hari esok rupanya tidak menjumpainya. Sungguh bila kalian dapat melihat ajal dan kedekatannya, kalian akan sangat membenci angan-angan dan tipuannya.”
Betapa indahnya makna hadits diatas, betapa indahnya nasihat-nasihat dari orang-orang soleh terdahulu itu. Kehidupan manusia di dunia ini berisi pengulangan-pengulangan. Jikalau kita renungkan hakikat aktivitas kita di muka bumi ini kita sadari bahwa aktivitas kita dari hari ke hari sesungguhnya sama dan terasa membosankan. Bekerja di pagi hari, pulang di petang hari, makan, tidur, berjalan-jalan, di akhir pekan diisi dengan berlibur dan bercengkrama dengan keluarga atau teman. Demikian adanya, hingga ajal atau kematian datang menghampiri kita.
Seringkali rutinitas itu terasa sangat membosankan dan menjemukan. Seringkali kita ingin lari dari rutinitas itu, namun kita tidak mengetahui jalannya. Hidup kita seakan dijalani hanya untuk kesenangan pribadi. Hidup kita hanya diisi dengan urusan diri pribadi. Di titik ini, hidup terasa kurang bermakna.
Namun, hakikatnya hidup manusia bukanlah untuk dirinya sendiri. Manusia seharusnya hidup untuk manusia lainnya. Aktif dalam kegiatan sosial, menolong sesama, menyebarkan seruan-seruan kebaikan, dan seterusnya. Orang yang terbaik diantaramu adalah yang paling banyak menolong sesamanya. Jikalau ini yang terjadi maka akan muncullah siklus kebaikan. Yang diseru kepada kebaikan akan menebar kebaikan dan menyeru kembali orang-orang yang belum tahu atau lalai dan yang terakhir ini akan menyeru kembali orang lain. Dengan cara inilah Islam menyebar di muka bumi, bahkan ke negeri Indonesia yang sangat jauh dari tanah haram.
Tiada hal yang lebih baik dalam memanfaatkan waktu kehidupan selain beribadah, beramal soleh dan menebar kebaikan. Tidak sepatutnya bahwa kebaikan hanya didengarkan dan dinikmati tanpa ada langkah-langkah amal soleh yang nyata bagi umat manusia. Seruan kebaikan tidak boleh berhenti pada tahap siraman rohani atau wisata hati melainkan haruslah diejahwantahkan ke dalam amal perbuatan yang dinikmati umat manusia. Demikianlah sirah Rasulullah saw. mencontohkan. Demikianlah para Sahabat ra. dan salafus sholih mencontohkan. Bukankah telah masyhur kabar Rasulullah saw. membangun pasar perniagaan, mengamankan kota Madinah dari perseteruan dengan membuat Piagam Madinah, dan seterusnya. Bukankah telah masyhur kabar para pemuka Sahabat ra. yang membangun baitul mal, perpustakaan, tempat-tempat pendidikan atau madrasah, menebarkan dakwah hingga ke segala penjuru, dan lainnya.
Di dalam berbagai amal soleh dan kebajikan inilah sesungguhnya seorang insan menemukan ‘hidup yang hakiki’ dalam kehidupan. Kalaulah hidup hanya sekedar untuk kesenangan dan kebahagiaan individu, maka tiadalah berbeda hakikat kehidupan kita dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah swt. yang lainnya. Namun dengan menerima seruan kebaikan dan menyebarkannya serta beramal solehlah maka insan manusia benar-benar hidup secara berbeda dari makhluk lainnya.
Mari beramal soleh dan menggapai ‘hidup yang hakiki’ didalam kehidupan ini, karena boleh jadi waktu hidup itu lebih singkat dari yang kita sangka. Boleh jadi ajal itu benar-benar dekat sekali. Wallahu a’lam
0 Response to "Perjalanan Hidup Mencari Hidup Didalam Kehidupan"
Posting Komentar